Wakil Ketua Umum (Waketum) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas merespons pernyataan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang menyinggung mengenai ibu-ibu suka ikut pengajian. Anwar mengaku heran karena persoalan kesehatan dan gizi anak dikaitkan dengan aktivitas pengajian.
Awalnya, Anwar mencoba memahami maksud Megawati yang sebenarnya ingin bicara tentang penting dan perlunya ibu-ibu memperhatikan kesehatan dan gizi anak agar bisa tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sehat, cerdas, dan produktif.
"Karena kalau masalah kesehatan dan gizi anak-anak ini tidak diperhatikan, maka tentu nanti kesehatan dan kecerdasan serta produktivitas anak-anak tersebut tentu akan rendah dan terganggu dan kita tentu saja tidak mau hal itu terjadi," ujar Anwar Abbas dalam keterangannya, Kamis, 23 Februari.
Namun, Anwar Abbas heran Megawati mengaitkan hal itu dengan persoalan ibu-ibu ikut pengajian. Menurutnya, dalam pengajian perhatian kepada anak juga diajarkan kepada ibu-ibu.
"Cuma yang mengherankan mengapa Megawati menghubungkan masalah tersebut dengan keterlibatan ibu-ibu dengan pengajian, padahal dalam pengajian itu juga disinggung banyak hal termasuk masalah yang menyangkut kesehatan," kata Anwar Abbas.
"Jadi menurut saya, telah terjadi kesalahan dalam membuat kesimpulan di mana beliau telah menjadikan pengajian sebagai penyebab dari terjadinya stunting dan terganggunya kesehatan anak," imbuhnya.
Anwar pun menegaskan, penyebab anak-anak terkena stunting bukan karena ibu-ibu ikut pengajian. Namun keluarga yang tidak bisa memberikan asupan gizi yang cukup kepada anak karena faktor kemiskinan.
"Seperti kita ketahui anak-anak tersebut akan terkena stunting penyebabnya bukanlah karena ibunya ikut pengajian, tapi karena ibu dan keluarganya tidak bisa memberikan asupan gizi yang cukup kepada sang anak. Itu karena faktor kemiskinan yang mereka hadapi, jadi bukan karena ikut pengajian," tegasnya.
Anwar menilai, justru seharusnya Megawati menegur pemerintah yang tidak menjalankan Pasal 34 UUD 1945. Di mana fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara.
"Jadi yang harus disalahkan dalam hal ini bukan pengajian tapi adalah pemerintah dan partai Ibu Megawati sendiri yaitu PDIP yang merupakan bagian dari rezim yang memerintah dan berkuasa tersebut," kata Anwar Abbas.
Sementara itu, Sekjen PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto meminta pidato ketua umumnya, Megawati Soekarnoputri di acara BKKBN dilihat secara utuh dan sesuai konteks. Menurutnya, Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu tak berniat menyinggung siapapun, termasuk ibu-ibu pengajian.
"Ya, harus dilihat secara menyeluruh pidato Ibu Ketua Umum. Ibu Mega itu dalam sambutan tersebut, kan temanya tentang stunting. Tentang bagaimana keterlibatan ibu-ibu dalam pendidikan anak untuk bersiap-siap menghadapi bencana," kata Hasto kepada wartawan di Sekolah Partai DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta, Kamis, 23 Februari.
Alih-alih menyinggung, Megawati dinilai Hasto sedang memberikan pendidikan kepada keluarga untuk mencegah anak-anak terkena stunting. Presiden ke-5 RI itu ingin gizi anak-anak di Tanah Air dipersiapkan dengan baik oleh keluarganya.
Lagipula, Megawati juga salah satu dari ibu-ibu yang ikut pengajian. Hasto bilang hal ini sudah disampaikan dalam pidato tersebut.
"Jadi, bukan pada masalah pengajiannya. Itu suatu hal yang penting dikatakan dalam sambutan, ibu (mengatakan) 'Saya pun ikut pengajian" jelasnya.
Meski begitu, Hasto meyakini ada pihak yang sengaja menyalahartikan pernyataan Megawati. Penyebabnya, 2023 adalah awal dari tahun politik.
Karenanya semua pihak harusnya mendengar pidato Megawati secara menyeluruh. "Di situ ibu mengatakan, maaf beribu maaf. Ibu menyampaikan suatu potret bagaimana perhatian ibu-ibu terhadap stunting itu menjadi kurang," ucap Hasto.
Dalam sambutannya di acara Kick off Pancasila dalam Tindakan Gerakan Semesta Berencana Mencegah Stunting, Kekerasan Seksual pada Anak dan Perempuan, Kekerasan dalam Rumah Tangga serta Mengantisipasi Bencana, Megawati sempat menyampaikan pernyataan yang kontrovesial. Kegiatan ini dilaksanakan pada 16 Februari lalu dan diselenggarakan oleh BPIP, BRIN, BKKBN.
"Saya lihat ibu-ibu tuh ya, maaf ya, sekarang kan kayaknya budayanya, beribu maaf, jangan lagi nanti saya di-bully, kenapa toh senang banget ngikut pengajian. Iya lho, maaf beribu maaf," kata Mega.
"Saya sampai mikir gitu, ini pengajian ki sampai kapan to yo, anakke arep diapake (anaknya mau diapain?)," ujarnya saat itu.
Sumber: voi
Foto: Wakil Ketum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas/Net