Pilpres AS Berpotensi Picu Perang Saudara -->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Pilpres AS Berpotensi Picu Perang Saudara

Jumat, 25 Oktober 2024 | Oktober 25, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-10-26T12:48:04Z

WASHINGTON-Pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) yang akan dilaksanakan pada November mendatang ditakutkan akan bermuara menuju perang saudara. Hal ini terungkap dari jajak pendapat YouGov baru-baru ini yang dirilis Kamis waktu setempat.

Dalam laporan Russia Today (RT), para pendukung Donald Trump dan Kamala Harris mengungkapkan kekhawatiran yang sama terkait perang saudara ini. 6% menyatakan bahwa perang saudara kedua 'sangat mungkin terjadi' dan 21% mengatakan 'agak mungkin terjadi'.

"Proporsi pendukung Trump dan Harris yang kira-kira sama menganggap perang saudara setidaknya agak mungkin terjadi," menurut survei yang dilakukan antara 18-21 Oktober untuk The Times dan proyek SAY24 itu, Jumat (25/11/2024).

Dari 1.266 responden, 12% mengatakan mereka mengenal seseorang yang mungkin angkat senjata jika mereka yakin Donald Trump dicurangi hingga tidak menang. Sementara itu, 5% melaporkan mengenal seseorang yang akan melakukan hal yang sama untuk saingan Trump, Kamala Harris.

Jajak pendapat tersebut menyoroti perpecahan yang dalam dalam masyarakat Amerika, dengan 84% pemilih setuju bahwa negara itu lebih terpecah daripada sepuluh tahun lalu.

Setelah Presiden AS Joe Biden keluar dari persaingan dan mendukung Harris sebagai calon partainya, Partai Demokrat awalnya menikmati masa bulan madu dengan para pemilih, yang tercermin dalam peningkatan jumlah pemilih dalam jajak pendapat.

Namun, survei terbaru menunjukkan bahwa Trump unggul di sebagian besar negara bagian yang masih belum jelas pemenangnya, meskipun peluang ini masih dalam batas kesalahan atau margin of error.

Setelah pemilihan umum 2020, kerumunan pendukung Trump menyerbu Gedung Capitol AS pada 6 Januari 2021, dalam upaya untuk mencegah parlemen mengesahkan apa yang mereka sebut kemenangan curang Biden. Demonstrasi itu dengan berubah menjadi kerusuhan, yang oleh Biden digambarkan sebagai 'pemberontakan'.

Pihak berwenang menangkap dan mendakwa 1.457 peserta penyerbuan tersebut, yang sebagian besar menerima dakwaan pelanggaran ringan masuk tanpa izin. Di sisi lain, beberapa menghadapi pelanggaran yang lebih serius. I cnbc
×
Berita Terbaru Update
close