Perang Rusia-Ukraina yang memasuki usia satu tahun pada Jumat (24/3) telah membawa dampak besar tidak hanya bagi kedua negara, tetapi juga seluruh dunia.
Konflik militer yang terus berlanjut hingga kini, telah memperburuk berbagai krisis global terutama di bidang keuangan dan pangan.
Mengutip CGTN News, berikut total kerugian yang tercatat sejak invasi dimulai pada 24 Februari 2022.
Korban Manusia
Kepala Penasihat Kantor Presiden Ukraina, Mykhailo Podolyak pada Desember tahun lalu mengungkap jumlah tentara yang gugur di medan perang mencapai 13 ribu orang.
Sementara di pihak Rusia, berdasarkan laporan White House pada 17 Februari, tentara bayaran Wagner telah kehilangan personelnya hingga 30 ribu jiwa sejak invasi dimulai.
Menurut laporan Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR), sejak 24 Februari 2022 hingga 15 Februari 2023, tercatat korban sipil mencapai 21.293, dengan 8.006 tewas dan 13.287 orang lainnya luka-luka.
Di antara puluhan ribu korban, terdapat sedikitnya 487 anak-anak yang tewas dan 954 lainnya luka-luka.
Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Volker Türk pada Selasa (21/2) mengatakan hampir 18 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan di tengah kekurangan listrik dan air selama bulan-bulan musim dingin, dan 14 juta orang memilih mengungsi ke negara lain.
Kerugian Ekonomi
Menurut Dana Moneter Internasional (IMF), tingkat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) riil tahunan Ukraina menyusut sebesar 35 persen pada tahun 2022.
Persentase itu dinilai sebagai penurunan ekonomi paling tajam dalam lebih dari tiga dekade di Kyiv.
Sementara di pihak Rusia, IMF menyebut negara itu mengalami kontraksi ekonomi sebesar 2,1 persen pada tahun lalu, yang disinyalir karena pengaruh dari banyaknya sanksi Barat pada Moskow.
Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), memperkirakan bahwa ekonomi global akan merugi hingga 2,8 triliun dolar AS atau setara Rp 42.697 triliun jika perang terus berlanjut.
Krisis Biji-bijan
Rusia dan Ukraina merupakan produsen dan pengekspor biji-bijian utama dunia.
Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Ukraina menyumbang 9 persen dari pasar gandum dunia, 13 persen dari pasar jagung dan 11 persen dari pasar jelai.
Pada 2022, Ukraina mengatakan panen gandumnya telah berkurang sekitar 35 juta ton dari hasil panen di tahun sebelumnya.
Pengurangan produksi biji-bijian dan ekspor yang dibatasi akibat perang telah memberikan guncangan pangan bagi seluruh dunia.
Berdasarkan data Program Pangan Dunia (WFP), jumlah orang yang sekarang menghadapi kerawanan pangan akut telah melonjak menjadi 349 juta dari 287 juta pada 2021.
Sumber: rmol
Foto: Ilustrasi/Net