WANHEARTNEWS.COM - Pengamat politik Rocky Gerung memberikan opininya perihal isu perubahan sistem Pemilu 2024 dengan proporsional tertutup.
Rocky Gerung beropini bahwa isu munculnya perubahan sistem pemilu dengan proporsional tertutup karena buah strategi politik yang mulanya diajukan dari satu partai saja, yakni PDI Perjuangan.
Alhasil, munculnya isu perubahan sistem pemilu membuat banyak pihak berasumsi bahwa apabila strategi pemilu akan diberlakukan sistem proporsional tertutup maka akan dianggap berbahaya untuk kedepannya bagi partai lain.
Dilansir Harianhaluan.com, dalam bincang-bincangnya Rocky Gerung memberikan tanggapan seputar isu yang sedang menjadi perbincangan publik khususnya para politisi partai.
Ia berujar bahwa isu pelaksanaan pemilu yang dilakukan menggunakan sistem proporsional tertutup sengaja dibiarkan beredar di kalangan penyelenggara Pemilu utama, yakni Presiden Joko Widodo.
"Jadi kelihatannya, Jokowi ingin umpankan PDI-P supaya dihukum oleh rakyat banyak, kan. Itu sinyalnya begitu. Jadi Pak Jokowi juga curang, dari awal dia tahu bahwa ini sinyal yang berbahaya," kata Rocky, dikutip Harianhaluan.com dari Youtube Rocky Gerung Official pada 27 Februari 2023.
Lalu ia menyayangkan dengan isu yang beredar di saat agenda pemilu sudah mulai dijalankan namun secara mendadak ada instruksi yang mempersoalkan sistem pelaksanaan Pemilu 2024.
Menurutnya, Pemerintah dalam arti Presiden Jokowi yang berperan sebagai penyelenggara Pemilu utama harus bertindak cepat dalam menangani isu tersebut.
"Mustinya dia (Presiden Jokowi) tegur, atau kasih dia komentar 'Ya tidak bisa lah, masa udah mau mulai pertandingan sistem perwasitannya dirubah,' kan begitu kan," imbuh Rocky.
Ia juga mengatakan pemerintah sebetulnya memahami bahwa hal ini adalah sebuah strategi atau permainan politik untuk menimbulkan kegaduhan supaya ada opsi dihentikan atau penundaan untuk pemilu.
Lebih lanjut, ia berpendapat bahwa pemerintah sedang cemas apabila tidak mendapat sosok yang ia unggulkan di Pemilu. Kemudian munculnya tokoh-tokoh yang ingin berperan sebagai King Maker makin nampak ke permukaan.
Sebutan King Maker dalam dunia politik diartikan sebagai sosok yang akan menjadikan orang lain sebagai pemimpin dengan kekuatan besar yang dimiliki oleh kelompok tertentu seperti partai, gerombolan ataupun grup.
Beberapa tokoh yang diasumsikan Rocky sebagai King Maker ialah Presiden Jokowi dan Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY.
"Pak SBY lebih masuk akal kalau dia protes (sistem proporsional tertutup), gitu," katanya.
Nama Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri juga turut disertakan sebagai king maker oleh Rocky.
Kata dia, seharusnya dari tiga nama yang berkeinginan menjadi King Maker harus melakukan kesepakatan di awal. Namun Presiden seolah harus memiliki jaminan dari keinginannya menjadi King Maker.
Alhasil, opsi penundaan pemilu lah yang Rocky rasa sengaja dipilih oleh Presiden sebagai jaminan agar keputusan opsi sistem proporsional tertutup diputuskan langsung oleh MK (Mahkamah Konstitusi). ***
Sumber: harianhaluan
Foto: Pengamat politik Rocky Gerung/Net