JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui bahwa sejumlah industri di Tanah Air dalam kondisi yang tidak baik-baik saja hingga mempengaruhi aktivitas ekonomi. Hal ini utamanya berada di sektor industri padat karya seperti tekstil.
Sri Mulyani mengatakan, dalam beberapa waktu terakhir terjadi sejumlah penutupan pabrik hingga para karyawannya terancam Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Adapun salah satu yang terbesar ialah pailitnya raksasa tekstil PT Sri Rejeki Isman (Sritex).
"Tentu kita tidak men-deny di realitas ada beberapa masalah di industri. Jadi ini yang perlu kita tangani," kata Sri Mulyani, dalam Rapat Kerja (Raker) bersama Komisi XI di Senayan, Jakarta, Rabu (13/11/2024).
Meski demikian, tercatat kinerja kuartal III industri manufaktur di sektor padat karya masih tetap tumbuh hingga 4,72%. Lalu di subsektor tekstil dan produk tekstil (TPT) tumbuh 7,4%, alas kaki di bawah 10,1%, dan furnitur masih tumbuh 6,8%.
Dengan demikian, kinerja industri secara makro tercatat masih cukup baik. Namun menurutnya, angka tersebut juga tidak mencerminkan keseluruhan kondisi ekonomi RI.
"Kita tidak boleh tersihir dengan angka. Namun ini tidak selalu juga mencerminkan keseluruhan dalam ekonomi kita, yang tetap perlu kita terus perhatikan agar tidak misleading dengan angka makronya," ujarnya.
Sementara itu, Sri Mulyani mengatakan, hingga kuartal III 2024 RI masih mencatat serapan tenaga kerja di sektor industri sebanyak 4,79 juta orang.
"Dan penduduk Indonesia yang bekerja naik menjadi 144,6 juta. Kalau yang bekerja naik dan tambahan angkatan kerja berarti angka pengangguran turun," katanya.
Kemudian, di tengah maraknya permasalahan di sektor padat karya ini, angka pengangguran berada di bawah 4,91 juta orang. Menurut Sri Mulyani, tren ini cukup baik dibandingkan dengan pasca pandemi Covid-19.
"Pasca pandemi unemployment sempat melonjak 7,07% sekarang sudah turun dibawah 5%. Artinya sudah di bawah level pre-pandemi 5,23% tahun 2019. Ini momentum yang harus dijaga. Growth creating job penting, akhirnya masyarakat bisa menikmati kue ekonomi yang naik penciptaan lapangan kerja.
Lalu di sisi ketimpangan dan kemiskinan, menurut Sri Mulyani terjadi perbaikan di mana kemiskinan turun di 9,03% dibandingkan pre-pandmei 9,41%. Menurutnya, Indonesia telah kembali ke posisi di bawah pre-pandemi. I dtk