Bahlil Raih Gelar Doktor Kurang dari 2 Tahun, Ini Respons UI -->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Bahlil Raih Gelar Doktor Kurang dari 2 Tahun, Ini Respons UI

Kamis, 17 Oktober 2024 | Oktober 17, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-10-17T10:20:24Z

JAKARTA- Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia resmi menyandang gelar doktor setelah menjalani sidang terbuka promosi doktor yang digelar oleh Kajian Stratejik dan Global (SKSG) di Universitas Indonesia, Depok, 16 Oktober 2024. Gelar tersebut ia raih hanya dalam waktu 1 tahun 8 bulan.

Ketua Umum Partai Golkar itu menyebut dirinya bisa mendapat gelar doktor di waktu yang cepat adalah dengan fokus dan rela mengalokasikan waktu di antara banyak kesibukan. “Saya dalam proses tidak pernah ada pemberian atau cuma-cuma. Semuanya perjuangan,” kata dia setelah menjalani sidang terbuka promosi doktor,

Selain itu, mantan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) itu mengatakan bahwa mengejar gelar doktor untuk mengikuti jejak seniornya di partai beringin. "Apa yang kami lakukan dalam rangka peningkatan kualitas individu untuk menuju kepemimpinan partai yang lebih baik," ujarnya. 

Salah satu politikus Golkar yang telah mendapatkan gelar doktor adalah Bambang Soesatyo. Mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) tersebut meraih predikat cumlaude program doktor Ilmu Hukum dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung, Jawa Barat, pada 28 Januari 2023.

Ia mengatakan tidak ingin menjadi ketua umum partai yang tidak jelas latar belakang pendidikannya. Sebab, hampir seluruh elit Golkar mempunyai latar belakang pendidikan yang baik. "Pak Akbar (Akbar Tanjung) kampus jelas, Pak Ical (Aburizal Bakrie) kampus jelas, Pak Ucu (Jusuf Kalla) kampus jelas, saya juga harus lebih jelas agar lebih paten kira-kira begitu," ujarnya.

Bahlil meraih gelar doktor setelah berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul "Kebijakan, Kelembagaan dan Tata Kelola Hilirisasi Nikel yang Berkeadilan dan Berkelanjutan di Indonesia". Gelar tersebut jadi sorotan dan perbincangan publik lantaran hanya diraih dalam waktu singkat, yakni 1 tahun 8 bulan.

Menanggapi hal itu, Kepala Biro Humas dan Keterbukaan Informasi Publik UI, Amelita Lusia, mengatakan Bahlil tercatat sebagai mahasiswa SKSG UI 2022. Ia mendaftar melalui jalur riset dalam program Doktor UI. "Jadi, program doktor di SKSG ada yang by research, sama seperti di beberapa perguruan tinggi lain," katanya.

Program pendidikan jalur riset menekankan pada kemampuan calon doktor dalam melakukan penelitian ilmiah. Dengan program ini, Bahlil tak perlu berfokus mengikuti mata kuliah di dalam kelas. Ia bisa memperoleh gelar doktor dengan mengerjakan sebuah penelitian independen. Adapun beban studi Program Doktor UI adalah 48–52 SKS.

Jalur riset itu diatur dalam Peraturan Rektor UI Nomor 016 Tahun 2026 tentang Penyelenggaraan Program Doktor di UI. Pasal 14 menyebutkan program doktor dirancang untuk 6 semester, dan dapat ditempuh sekurang-kurangnya dalam 4 semester dan selama-lamanya 10 semester. "Jadi, mereka dimungkinkan selesai dalam jangka waktu seperti dimuat dalam Peraturan Rektor itu," ujar Amelita

Sebelumnya, Koran Tempo Edisi Jumat 9 Agustus 2024 menuliskan artikel Bahlil yang diduga mempublikasikan artikel di dua jurnal predator. Kedua tulisan ilmiah Bahlil itu berjudul “Nickel Down Streaming in Indonesia: Policy Implementation and Economic, Social, and Environmental Impacts” serta “Into Sustainable and Equitable Nickel Downstreaming in Indonesia: What Policy Reforms are Needed?”. Artikel pertama diterbitkan di Kurdish Studies –jurnal yang konsen menerbitkan tulisan tentang suku Kurdi di kawasan Timur Tengah

Selanjutnya artikel kedua terbit di Migration Letter –jurnal yang konsen menerbitkan tulisan tentang perpindahan penduduk. Bahlil mengirim artikelnya ke Kurdish Studies pada Oktober 2023. Lalu Kurdis Studies menerbitkannya pada 17 Januari 2024, dengan registrasi volume 12 nomor 1 pada 1 Januari 2024. Lalu artikel kedua Bahlil terbit di Migration Letters pada 17 Januari 2024.

Kedua karya Bahlil ini membahas tentang hilirisasi nikel di Indonesia, baik mengenai implementasi kebijakan dan dampaknya terhadap ekonomi, sosial, dan lingkungan, maupun agenda reformasi hilirisasi nikel.

Guru Besar UI Sulistyowati Irianto mengatakan, kedua jurnal itu diduga predator. Sebab, kedua tulisan karya Bahlil itu membahas tentang hilirisasi nikel tapi diterbitkan di dua jurnal yang cakupannya bukan pada karya-karya ilmiah soal nikel.

Ia mengatakan cakupan bidang ilmu Kurdish Studies seharusnya pada urusan Suku Kurdi. Lalu Migration Letters seharusnya hanya menerbitkan artikel mengenai perpindahan masyarakat. Sedangkan tulisan Bahlil tentang hilirisasi nikel. “Itu saja sudah jadi pertanyaan besar buat kami,” kata Sulistyowati, kemarin.

Kejanggalan berikutnya, kedua jurnal tempat publikasi karya Bahlil sudah masuk kategori jurnal discontinued atau dihentikan oleh Scopus. Jurnal discontinued artinya jurnal yang dihentikan karena berbagai alasan, seperti pelanggaran etika publikasi, kualitas penelitian yang buruk, dan penyalahgunaan sistem. Per Juni 2024, Elsevier –perusahaan pengelola Scopus— melaporkan bahwa dari sekitar 850 jurnal di Kurdish Studies dan Migration Letters sudah discontinued sejak 2022. Artinya, kedua jurnal ini semestinya tidak lagi menerbitkan karya ilmiah sejak dua tahun lalu.

Bahlil sempat memberikan tanggapan ihwal karyanya yang terbit di jurnal predator. Menurut dia, dua jurnal tersebut masih masuk ke dalam list scopus pada 2023. Ia dan tim mengaku sudah memerika kredibilitas kedua jurnal itu sebelum memutuskan menerbitkan artikelnya. Kala itu, belum ada keterangan eksplisit bahwa jurnal tersebut sudah tidak lagi terindeks di Scopus. 

Selain itu, berdasarkan penelusuran Bahlil di situs Scimago, database pemeringkat jurnal menunjukkan bahwa pada 2023, jurnal tersebut masih diklasifikasikan jurnal kredibel. Karena itu, ia mengaku kaget ketika jurnal itu masuk ketegori discontinued. 

“Ketika saya mendengar berita bahwa jurnal tersebut dikeluarkan dari indeks Scopus, terus terang saya pun kaget dan kecewa karena ketika artikel saya terbit, kedua jurnal tersebut masih terindeks Scopus,” kata Bahlil dalam keterangannya, Jumat 9 Agustus 2024.

Bahlil mengaku artikel yang dipublikasikan itu merupakan sebagai salah satu syarat mendapatkan nilai di salah satu mata kuliah. Ia saat ini menjadi mahasiswa program doktor SKSG UI sejak 2022. Kebutuhan Bahlil menerbitkan artikel di jurnal bereputasi internasional karena mengambil jalur riset dalam program studi S3. Bahlil lantas menyusun tiga buah karya ilmiah dengan topik yang sesuai dengan tema disertasinya, yakni dampak dan kebijakan hilirisasi nikel di Indonesia.

Untuk menyusun artikel itu, Bahlil berdiskusi dengan promotor dan dua ko-promotornya. Bahlil mengaku juga dibantu beberapa asisten peneliti untuk mematangkan substansi pokok tulisan.
. I tmp
×
Berita Terbaru Update
close